12 Agustus 2009

Air Dimanakah Kamu?

 Air adalah kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup di bumi. Kesehatan dan daya tahan hidup manusia sangat bergantung pada suplai air tawar yang juga digunakan sebagai sanitasi dan irigasi. Air tawar adalah air yang memiliki kandungan garam rendah (biasanya kurang dari 1%). Data yang kurang menenangkan bagi manusia bahwa bumi hanya memiliki 2,5% air tawar dari total seluruh air yang akp.jpgda di bumi dan hanya 0,5% dari jumlah tersebut adalah air yang ada di permukaan seperti danau, sungai, rawa serta air tanah yang dapat dijangkau. Selain sumber tersebut, terdapat sumber air tawar lain yaitu air hujan. Air hujan sebagai sumber air tawar kurang dapat diandalkan karena tidak dapat diprediksi jumlahnya dari satu daerah dengan daerah lainnya, berfluktuasi pada perbedaan musim dan cuaca di daerah seluruh dunia.

Masalah ketersediaan air tawar bagi kegiatan dasar manusia ini mulai menjadi masalah ketika populasi manusia telah meningkat 3 kali lipat selama seabad ini yaitu dari sekitar 700 juta jiwa di tahun 1900 menjadi 2,3 milyar jiwa di tahun 1995. Selama waktu tersebut, penggunaan air tawar di dunia telah meningkat 6 kali lipat dan diprediksi pada tahun 2025, keperluan air tawar tingkat global akan meningkat 40%. Peningkatan kebutuhan air ini sayangnya diikuti oleh pengurangan sumber air yang dapat diartikan berkurangnya sumber suplai air tawar.

Seiring dengan bertambahnya populasi, penggunaan air sungai dan air bawah tanah denan pembuatan sumur bor meningkat sebanyak 2,5 sampai 3% per tahun semenjak tahun 1940 sehingga mengakibatkan kekeringan nyata di berbagai wilayah. Kenyataan pengeringan sumber badan air ini dapat dilihat kondisi hilangnya air seperti pada sungai Colorado di USA, sungai Nil di Mesir, sungai Huang se di China juga sungai Bengawan Solo di Indonesia jika musim kemarau tiba. Di sungai-sungai tersebut, tidak ada air yang tertinggal pada daerah deltanya. Hal serupa mulai terjadi pada sungai-sungai di berbagai benua dan belahan dunia khususnya daerah dengan paparan sinar matahari tinggi.

BS17061.JPGDiprediksi bahwa selama 20 tahun ini, suplai rata-rata air tawar per orang menurun 1/3-nya. Lalu apakah dampak bila kita kekurangan air bersih ini? Kekurangan air bersih ini dikaitkan dengan perkiraan kasar timbulnya 250 juta kasus penyakit terkait dengan kekurangan air bersih dan menyebabkan 5-10 juta kematian /tahunnya di seluruh dunia. Penyakit yang terjadi akibat kekurangan air bersih adalah penyakit yang berhubungan dengan sanitasi seperti disentri, diare, dehidrasi serta tifus.

Selain dampak kekurangan air bersih terhadap kesehatan, juga berdampak terhadap suplai makanan terlebih bagi negara yang masih menggunakan persawahan tradisional dengan irigasi atau tadah hujan. Terdapat peningkatan nilai impor bahan makanan bagi negara-negara dengan wilayah yang menderita kekeringan. Sistem irigasi pada persawahan dunia menyita sekitar 70% dari kebutuhan akan air tawar. Teknologi hidroponik dan green house dengan teknik pengairan tetes dan kontrol kelembapan diprediksi dapat mengurangi konsumsi air irigasi sampai dengan 40% sehingga dapat menjadi salah satu jalan keluar kondisi penurunan produksi bahan pangan.

Eksploitasi sumber air secara berlebihan telah mengakibatkan banyak resiko pada lingkungan seperti perubahan arah aliran sungai yang berdampak pada hilangnya ekologi tepi sungai sehingga menyebabkan banyak hilangnya spesies endemik dan kurang lebih 20% dari spesien ikan air tawar menghadapai kelangkaan hingga kepunahan. Selama beberapa decade ini, banyak ekologi yang telah hilang, khususnya ekologi yang terdapat pada rawa dan muara sungai.

Eksploitasi air tawar bukanlah satu-satunya masalah bagi kurangnya suplai air bersih, sebab lainnya adalah pencemaran air tawar yang juga mengarah ke pencemaran air laut. 70% bumi terdiri dari air laut, dengan tingkat pencemaran air yang terus berlanjut maka pada abad ke-21 ini, kita akan menghadapi krisis air yang telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Bahkan pada saat ini pun, krisis air telah membuat krisis dalam bidang pangan dan kesehatan bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Ledakan populasi adalah masalah utama yang dihadapi, walaupun telah dilakukan penstabilan laju eksploitasi sumber air. Usaha ini tidak akan cukup untuk memastikan bahwa pada tahun 2025, kita masih mempunyai suplai air minum. Keadaan ini tidak lepas dari dampak global warming yang diantaranya menyebabkan perubahan temperature, perubahan presipitasi udara dan perubahan permukaan air laut. Apalagi, diprediksi bahwa dampak dari perubahan iklim akan meningkat secara signifikan pada tahun 2025 sehingga hal ini dapat memperparah krisis air yang diprediksi akan terjadi pada kisaran tahun tersebut.

Krisis air yang demikian parah, bahkan di Indonesia kita dapat melihat berita kekeringan dimana-mana setiap harinya. Dimana kita harus berjalan puluhan kilometer untuk mendapatkan air walau hanya setetes, maka inilah yang dapat kita lakukan :

1. gunakan pancuran air yang beraliran kecil
2. gunakan toilet duduk yang berkapasitas air pembilas lebih kecil
3. hemat air
4. mematikan keran wastafel saat mencuci tangan dengan sabun atau sedang menggosok gigi
5. cucilah motor atau mobilmu paling maksimal 2-3 minggu sekali

Jika hal sederhana dapat menyelamatkan sumber air kita untuk masa depan, mengapa kita tidak mencobanya? (eco-indonesia)

"I have Joined ECO INDONESIA GREEN BLOGGING COMPETITION!"

Hyperlink to: www.eco-indonesia.com

Tidak ada komentar: